Jiwa Pejuang

Ini adalah kisah yang diceritakan Dr. Atok di FBnya. Kisah inspiratif yang kira-kira senafas dengan dengan semangat kemerdekaan Indonesia. Pertama adalah cita-cita yang tak pernah padam, kedua adalah semangat untuk memperjuangkan cita-cita itu, ketiga adalah jiwa tawakal pada Allah, bahwa Allah akan menunjukkan jalan pada orang yang menjalankan syarat pertama dan kedua.

Ini kisah mahasiswa Baru ITS 2023. Saat itu ibunya habis operasi sehingga tidak memegang uang. Si anak diberi bekal 300 ribu untuk kuliah di Surabaya. Karena kepatuhan kepada ibunya dan yakin atas pertolongan Allah SWT dia berangkat ke Surabaya naik bis dan turun di terminal Bungurasih. Di sana dengan bertanya kepada orang terminal, untuk ke ITS naik apa?

“Sampeyan lapo nang ITS?”
“Mau kuliah pak” katanya.
“Sampeyan melarat kate kuliah nang ITS, gak mungkin iso.”
Dengan tekad bulat tetap berangkat naik angkutan umum ke ITS. Sampai di ITS, pergi ke asrama mahasiswa untuk mendaftar. Ternyata uang masuk 800 ribu, tentu dengan uang 300 ribu tidak bisa masuk. Kemudian jalan ke masjid ITS untuk sholat. Dan bilang ke p Suparjo selaku marbot untuk numpang tidur di masjid (maksudnya sekretariat masjid yang ada tempat tidur untuk marbot). Karena kasian diberilah izin untuk menginap 2 malam.
Sudah kehendak Allah SWT, di anak ketemu salah satu mantan rektor (pak T) yang sedang sholat. Dari perbincangan, YMI memberikan bantuan 600 ribu karena KIP juga baru akan keluar 3 bulan lagi.
Pak T tanya, “setelah ini apa rencanamu?”
“Bayar asrama”
“Kamu punya uang untuk makan?”
“Ada, setelah bayar asrama masih sisa 125 ribu.”
“Berapa kebutuhan untuk makan?”
“8 ribu sekali makan”
“Memang ada?”
“Ada pak, di sana” sambil menunjuk keputih GG 1D
“Sehari berapa?”
” 2x makan berarti 16 ribu”
“Uangmu cukup?”
Baru anaknya mikir…

Pak T melanjutkan, mengapa tidak melamar kerja di IKA (maksudnya kantor IKA ITS, dekat GOR). Disana tidur gratis, listrik gratis, berAC kan uang tidak berkurang untuk bayar asrama dan masih ada tambahan gaji 600an”
sepertinya tertarik.

Pak T melanjutkan”kamu naik apa kalau pergi pergi?”
“Jalan kaki”
“Nanti kamu ke rumah saya di **** ambil sepeda”.

Akhirnya dengan jalan kaki menuju ke rumah pak T. Ternyata karena tidak tahu lokasi, dia kesasar. Kok ya, pak T pas keluar lewat jalan yang si anak sedang duduk, bingung cari alamat kira kira berjarak 400 meter.
“Eh kamu, ayo ikut ke rumah”

Kemudian Pak T cerita, luar biasa anak ini. Rasa optimisnya dan percaya dengan ibunya, sampai seakan akan setiap langkahnya dituntun Allah SWT.

Saya tidak tahu berapa banyak anak yang lulus PTN dan tidak berani daftar ulang karena tidak punya uang. Beasiswa ataupun bantuan untuk mahasiswa kadang tidak sampai informasinya ke calon mahasiswa baru.
(Seperti yang dituturkan oleh Prof T dengan bbrp penyesuaian kalimat tanpa mengubah isi)

Kisah Pak Natsir yang Tidak Pernah Diceritakan dalam Sejarah

Meninggalnya mantan Perdana Menteri RI kelima Mohammad Natsir dirasakan bangsa Jepang seolah “ledakan bom atom ke 3” yang dijatuhkan di Kota Tokyo, mengapa Jepang begitu menghormatinya?

Oleh: Agus Maksum

MOHAMMAD NATSIR atau Pak Natsir, begitu orang sering memanggil beliau, adalah sebuah nama panggilan yang biasa untuk siapa saja, menunjukkan kesederhanaan hidup beliau. Saya mungkin termasuk generasi paling akhir dari da’i Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) yang masih mendapatkan didikan langsung dari beliau walau tidak lama, sejak 1991, dan beliau meninggal Februari 1993.

Saat mendengar mantan Perdana Menteri RI kelima meninggal kesedihan mendalam bagi seluruh kader dan da’i Dewan Da’wah. Saat itu sayapun langsung pergi ka kantor Dewan Dakwah Jawa Timur Jalan Purwodadi, dekat kuburan Mbah Ratu.

Sudah cukup banyak warga Dewan Dakwah berkumpul untuk mengkonfirmasi berita meninggalnya Pak Natsir. Saat itu, saya duduk di dekat telepon yang berfungsi sebagai faksimile, mode teknologi paling canggih pada waktu itu untuk mengirim dokumen.

Dari Pak Wardiman sampai Putri Indonesia

Alhamdulillah setelah sekian lama tak bertemu dengan para pendekar gak sengaja bisa ngumpul Ngupi2 halal bi halal dadakan setelah Takziah

Awalnya takziah ke Keluarga Alm Prof dr. Soedarso Djoyonegoro Mantan Rektor Unair Legendaris yang meninggal tepat Hari H lebaran jadi kami tidak bisa takziah karena sedang berada di Udik akibat mudik.

Prof dr.Soedarso Djoyonegoro begitu saya kenal karena waktu saya UMPTN beliau adalah Rektor Unair penyelenggara UMPTN utk wilayah Jawa Timur, setiap pengumuman beliau yg tanda tangan nama dan gelar beliau yang panjang begitu mengagumkan bagi saya yg hendak masuk PT utk memulai memetik satu gelar sarjana saja.
Wuih berapa lama beliau sekolah hingga punya gelar berderet, mohon ijin saya bisa di terima Prof dalam UMPTN agar bisa setidaknya dapat satu gelar saja guman saya waktu membaca berbagai pengumun yang beliau tanda tangani.

Alhamdulillah setelah saya lolos UMPTN sewaktu Mahasiswa menjadi dekat dengan beliau walau beda kampus, beliau di Unair saya di ITS tapi sama2 aktif di ICMI Jawa Timur.
Oh ini rupanya beliau Pak Prof Soedarso yang namanya begitu lekat di benak saya akhirnya bisa kenal serasa bangga.

Dengan Keluarga beliaupun akhirnya kenal dekat juga, salah satunya dng Prof Dr. Ing Wardiman Djoyonegoro adik kandung beliau, saya kenal dng Pak Wardiman karena beliau Mentri Pendidikan saat saya ketua Senat ITS, beliau agak kaget dan akhirnya dekat karena saat beliau mentri dan berkesempatan membuka sebuah acara nasional di ITS Surabaya dan sebelum beliau pidato pembukaan saya di beri kesempatan memberikan sambutan, dalam sambutan itu saya kritik keras sistem pendidikan yang menyebabkan Mahasiswa hanya jadi robot-robot saja, padahal Mahasiswa harusnya jadi agen of change spt tergelar dalam sejarahnya, pergerakan Kemerdekaan dll, saya juga sampaikan negara ini tidak serius mengurus pendidikan terbukti anggaran pendidikan kecil sekali kurang dari 10%, beliau kaget gak kepalang tanggung.

Saat Pak Wardiman pidato beliau langsung mengatakan begini, ini saya bawa teks pidato yang sudah di siapkan oleh tim saya selama ber minggu-minggu, tapi setelah mendengar orasi Saudara Agus Maksum saya gak mau baca teks pidato ini, saya juga mau orasi membalas orasi saudara Agus M Maksum ha ha ha kena pancing juga beliau pikir saya.

Tapi setelah itu justru kami akrab dan suatu saat di Istana Kepresidenan pada suatu acara, saya bertemu lagi denga Pak Wardiman beliau waktu itu jabatanya adalah ketua Yayasan Putri Indonesia Organisasi yang mewadahi para pemenang kontes kecantikan Putri Indonesia, setelah bertegur sapa dan bergurau sayapun melemparkan gurauan, Pak Wardiman apa masih ada putri Indonesia yang masih single, tolong saya di kenalin dong ! nah kali ini beliau juga kaget dan menanggapi serius, sambil meletakkan gelas yang awalnya beliau pegang, begini jawabnya Ojoook Jangaaaaaan! serius jangan!, cari perempuan yang biasa saja, nanti ruwet ruwet ruweeeett katanya, dengan mimik tetap serius, saya yg tadinya bergurau jadi ikut serius, baik Pak Wardiman ini nasehat yang penting sekali, kali ini beliau yang tersenyum he he he.

Lalu obrolan berlanjut hal-hal lain, kamu sekarang aktivitasnya apa tanya beliau, kok bisa ikut di undang dalam acara di Istana kepresidenan dll, beliau juga ingat sambutan saya yg membuat beliau akhirnya ber orasi tanpa teks gara2 pidato saya waktu itu, sambil bergurau saya bilang itu adalah pidato terbaik Bapak sebagai mentri Pendidikan yang pernah saya dengar, kali ini beliau yang tertawa lebar sambil memukul pundak saya, itu saur manuk sesama anggota ICMI Pak Wardiman gurau saya ha ha ha.

Balik ke Keluarga Alm Prof Dr Soedarso Djoyenegoro, akhirnya setelah sekian tahun saya kenal pula dengan menantu beliau Dr.Ir Mangesti Waluyo Sedjati dan Istrinya Dr Itta Puspita Dewi Sp.KK bahkan dalam acara kajian rutin yag beliau asuh saya di minta utk menjadi pengisi tetap Kajian Ekonomi Digital, nah dalam kajian tersebut Prof Dr Soedarso Djoyenegoro sering hadir ikut kajian yang saya asuh utk update informasi tentang perkembangan dunia digital.

Jadi puluhan tahun kemudian saya akhirnya lebih bangga lagi karena bisa bertukar ilmu dan informasi dengan tokoh yang pada waktu saya mengenal namanya saja seperti tak terjangkau ..
Alhamdulillah kehidupan memberikan carita tersendiri yang layak untuk di syukuri, kok ya jalan hidup saya akhirnya saya juga menikah dengan Mahasiswanya Prof dr.Soedarso Djoyenegoro dokter lulusan Unair
Kemarin baru sempat takziah setelah 3 hari berturut-turut di WA Pak Mangesti Waluyo Sedjati dengan kiriman video masakan yg di masak Dr Itta, Mas ini loh sudah di masakin Dik Itta jam 5 sudah siap Rawon Iga katanya…
Ayuks sarapan di rumah Mas katanya ..ya sudah meluncur…

Cerita ini dari laman FB Cak Agus Maksum.