Percayalah, bahwa cara terbaik belajar bahasa pemrograman adalah dengan mengerjakan project. Dan kalau pemrograman itu adalah pemrograman sistem informasi, maka membuat blog sudah memberikan gambaran awal tentang sistem informasi, dimana disitu ada user, login, konten, dan interaksi antar modul-modul itu.
Ini adalah ada project membuat blog dengan Laravel 11, versi laravel yang dianggap paling ramping dengan Livewire untuk otomasi interaksi ke database.
Yuk kita praktikkan:
Dan skrip hasil projectnya bisa kamu lihat di Github.
Kita bisa melakukan instalasi Armbian – atau linux yang lain juga bisa sih 🙂 – dari sebuah file instalasi berbentuk iso. Nah kebalikannya kita bisa juga melakukan backup dari system yang sudah ada menjadi iso.
Ini sangat menguntungkan ketika kita ingin membangun sistem Linux dimana dengan utility atau aplikasi yang kita tambahkan di dalamnya. Kita menyimpannya dalam file iso. Nanti jika kita membutuhkannya kita tinggal menginstall Linux menggunakan iso tersebut.
Dalam kasus STB-Armbian, kita bisa melakukan langkah sbb:
Install armbian
Install aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Mungkin nginx, php, mysql, samba atau lainnya
Cabut SDCard, dan jadikan file iso.
Di Windows kita bisa meminta bantuan PowerISO untuk mengambil semua data dalam SDCard ke iso.
Video dibawah ini mungkin bisa menjelaskan maksud saya.
Biasanya saya emlakukan instalasi Armbian di STB menggunakan disk SDCard. Pernah juga di MMC. Namun nampaknya selain menggunakan media diatas, bisa juga diinstall via SSD.
Caranya hampir sama dengan instalasi ke SDCard.
Nah pertanyaannya apakah jika armbian diinstall di SSD performanya jauh lebih kenceng? Ini yang jadi pertanyaan penting yang akan kita analisis.
SDCard VS SSD
SD Card dan SSDÂ adalah dua jenis penyimpanan data dengan kegunaan, kecepatan baca tulis, dan keawetan yang berbeda.
SD Card:
Kegunaan: Ideal untuk perangkat portabel seperti kamera digital, smartphone, dan tablet. Digunakan untuk menyimpan foto, video, dan dokumen sederhana.
Kecepatan Baca/Tulis: Kartu SD kelas tinggi mencapai kecepatan baca hingga 300 MB/s, tetapi umumnya memiliki kecepatan tulis minimal 10 MB/s.
Keawetan: Memiliki siklus tulis/hapus terbatas, kurang andal untuk tugas berat dan penulisan data yang intensif.
SSD:
Kegunaan: Digunakan sebagai penyimpanan utama di komputer dan laptop, serta di server dan workstation untuk menjalankan aplikasi berat.
Kecepatan Baca/Tulis: SSD SATA memiliki kecepatan sekitar 500-550 MB/s, sedangkan SSD NVMe bisa mencapai lebih dari 3000 MB/s.
Keawetan: Memiliki siklus tulis/hapus yang lebih tinggi dan tahan lama, cocok untuk aplikasi yang memerlukan keandalan tinggi dan penulisan data yang intensif.
Secara keseluruhan, SD Card cocok untuk penggunaan portabel dan sederhana, sementara SSD unggul dalam kecepatan dan keawetan untuk tugas berat.
Transfer USB
Ok, isu kedua adalah apabila kita menggunakan SSD, kita terkendala dengan koneksi antara STB ke USB masih menggunakan USB 2.0. Jadi walaupun SSDnya cepet namun aliran data yang meelwati USB 2.0 menjadi bottleneck .Â
USB 2.0: Diperkenalkan pada tahun 2000, memiliki kecepatan transfer maksimal teoritis sebesar 480 Mbps (megabit per detik). Dalam penggunaan nyata, kecepatan ini sering kali lebih rendah karena faktor-faktor seperti efisiensi perangkat dan panjang kabel.
Mungkin kalau STB mendukung USB 3 akan lain ceritanya.
USB 3.0: Diperkenalkan pada tahun 2008, meningkatkan kecepatan transfer maksimal teoritis hingga 5 Gbps (gigabit per detik), yang sepuluh kali lebih cepat dari USB 2.0. Kecepatan ini memungkinkan transfer data yang jauh lebih cepat, seperti memindahkan video HD dalam hitungan detik.
Ok, kita menunggu STB dengan processor ARM, memori 4GB, dan mendukung USB 3. Mengapa STB? karena bekasnya Muuurah 🙂 (CE-OAI)
Saya punya kawan punya yang punya dasar setup WordPress dan otak-atik desain web. Suatu saat dia meminta saya menyelesaikan sebuah pekerjaan yang agar efektif harus menggunakan bahasa pemrograman, dan dia minta bantuan saya.
Saya menggunakan bahasa Python. Walaupun kemampuan saya tidak hebat-hebat amat, pekerjaan bisa saya selesaikan.
Agar bisa menjalankan pekerjaan itu maka ada beberapa yang saya ajarkan kepada dia;
Setup Python
Setup pip
Setup library yang diperlukan
Menjalankan Python.
Dalam perkembangannya ternyata dia bisa mengembangkan kode Python yang saya berikan kepadanya. Bahkan dia bisa membuat skrip-skrip lain yang dibutuhkan.
Bagaimana dia bisa melakukan itu? Jawabnya adalah ChatGPT. ChatGPT bisa membantunya menjelaskan arti potongan kode, dan bisa juga membuatkan kode untuk keperluan tertentu, asal instruksi yang diberikan kepadanya benar.
Sebelumnya saya juga pernah mengajari seseorang SQL dengan MySQL. Saya suruh install Laragon 6 Portable yang disitu sudah ada MySQL dan HeidiSQL, antar muka MySQL yang enak digunakan.
Saat itu saya belum tahu bahwa menggunakan SQLite untuk belajar SQL jauuuuh lebih gampang.
Sekarang dia sudah pinter, dan apabila ada persoalan SQL dia langsung tanya ke chatGPT.
Tadi scrool scrool di Twitter ada thread menarik tentang orang yang membuat sebuah sistem informasi sederhana berbekal belajar pada chatGPT.
Pernah ada teman dan senior (non-tech) yang minta dibuatin sistem inventory + multi reseller system (sederhana) untuk bisnis onlinenya.
Saya minta 70jt, tapi gak bisa saya garap saat itu juga karena lagi sibuk, dia bilang gpp dia mau nunggu.
Tapi karena kebablasan sibuk ….
— Muhammad Azamuddin (@azamuddin91) June 7, 2024