Komputasi Jaringan

Beberapa waktu ini saya diajak diskusi kawan saya yang kuliah di S2 tentang mata kuliah komputasi jaringan. Atau, secara teknis kalau saya mengatakan “Arsitektur komputasi jaringan berbasis message broker dan queue”.

Saya sebenarnya tidak mengerti juga, tapi karena kawan saya juga sama-sama masih baru kenal dengan teknologi ini, jadi mengajak belajar bersama. Mungkin dianggapnya saya menguasai beberapa bagian dari teknologi yang ada di dalam kuliah itu.

Teknologi yang ada di mata kuliah itu adalah:

  • Message broker:  Redis, MQTT, RabbitMQ, Apache Kafka. Hanya Apache Kafka yang belum saya coba
  • Virtualisasi: Docker
  • Queue: Celery
  • Python: Celery, FastAPI
  • APP : PostMan

Kita belajar dari Youtube, ChatGPT, Google, hingga mengerti bagaimana sistem itu bekerja. Saya merasa dapat manfaat karena mendapat ilmu S2 tanpa harus kuliah hehehe

Selanjutnya »

Membuat File Bacaan Sholat

Saya “terpaksa” membuat file bacaan sholat sendiri karena saya sulit mendapatkan file bacaan sholat dengan kriteria:

  1. Lengkap (sampai pada doa sesudah sholat)
  2. Ringkas ( bacaannya mengambil bacaan yang tidak lambat dan mengambil versi pendeknya saja)

Mengapa? Karena file-file itu akan saya gunakan untuk menuntun sholat orang yang sakit menahun yang ingatannya tidak terlalu baik, seperti orang alzimer, stroke, atau penyakit tua.

Sebenarnya saya nemu beberapa di internet, namun yang lengkap dari sholat subuh sampai isya tidak saya ketemukan.

Saya sendiri pada dasarnya berat untuk merekam bacaan sholat dari Subuh sampai Isya. Apalagi kamu tahu dalam rekaman, sering ada kesalahan di tengah-tengah. Berat.

Akhirnya saya membuat pecahan bacaan-bacaan sholat itu. Saya merekamnya dengan Audacity yang juga baru saya install.

  1. niat-sholat-subuh.mp3
  2. niat-sholat-dhuhur.mp3
  3. niat-sholat-ashar.mp3
  4. niat-sholat-maghrib.mp3
  5. niat-sholat-isya.mp3
  6. doa-iftitah.mp3
  7. surat-alfatihah.mp3
  8. surat-alikhlash.mp3
  9. surat-annas.mp3
  10. rukuk-sujud.mp3
  11. rukuk-qunut-sujud.mp3
  12. attahiyat-awwal.mp3
  13. attahiyat-akhir.mp3
  14. doa-sesudah-sholat.mp3

Jadi saya hanya merekam 14 file saja, yang nanti harus disusun berdasarkan sholatnya.

Untuk memudahkan penggabungan saya mempunyai kiat khusus

  1. Pada akhir file niat, rukuk – sujud, rukuk – qunut – sujud, attahiyat awwal diakhiri dengan takbir
  2. Pada akhir attahiyat akhir diakhiri dengan salam.

Dengan demikian saya tidak harus membuat file takbir dan salam sendiri.

Kedua, soal penggabungan file mp3-nya saya serahkan kepada python dengan program yang tentu saja minta bantuan chatgpt :D.

Install ffmpeg

Berikut cara untuk menginstall ffmpeg di Windows. Tanpa ffmpeg, kamu tidak akan bisa menggabungkan file mp3.

  1. Unduh ffmpeg:
    • Buka situs ffmpeg.org dan unduh versi yang sesuai dengan sistem operasi Anda (Windows).
    • Pilih link untuk versi static build untuk memudahkan instalasi.
  2. Ekstrak ffmpeg:
    • Setelah mengunduh, ekstrak file ZIP ke folder yang mudah diakses, misalnya C:\ffmpeg.
  3. Tambahkan ffmpeg ke PATH:
    • Buka Control Panel > System and Security > System > Advanced System Settings.
    • Klik tombol Environment Variables.
    • Di bagian System variables, cari variabel Path, kemudian klik Edit.
    • Klik New dan tambahkan lokasi folder bin dari ffmpeg, misalnya:
      C:\ffmpeg\bin
    • Klik OK pada semua jendela untuk menyimpan perubahan.
  4. Cek Instalasi ffmpeg:
    • Buka command prompt dan jalankan perintah berikut untuk memastikan ffmpeg terinstall dengan benar:
      ffmpeg -version
    • Jika instalasi berhasil, Anda akan melihat informasi versi ffmpeg yang terinstall.

Menggabungkan file Mp3

Berikut studi kasus untuk untuk sholat Isya

Jangan lupa jika kamu belum menginstall library pydub di python, install dulu dengan:.

pip install pydub

Sebenarnya library inilah yang membutuhkan ffmpeg.

Berikut program penggabungannya:

from pydub import AudioSegment
# Fungsi untuk memuat, menormalkan, dan menggabungkan audio
def load_and_combine(files):
    combined = AudioSegment.empty()  # Inisialisasi audio kosong
    for file in files:
        audio = AudioSegment.from_mp3(file)  # Muat file MP3
        audio = audio.normalize()  # Normalkan audio untuk menyelaraskan volume
        combined += audio  # Gabungkan audio
    return combined

# Daftar file MP3 untuk setiap bagian
niat_dan_rakaat_pertama = [
    "niat-sholat-isya.mp3",
    "doa-iftitah.mp3",
    "surat-alfatihah.mp3",
    "surat-alikhlash.mp3",
    "rukuk-sujud.mp3"
]

rakaat_kedua = [
    "surat-alfatihah.mp3",
    "surat-annas.mp3",
    "rukuk-sujud.mp3",
    "attahiyat-awwal.mp3"
]

rakaat_ketiga = [
    "surat-alfatihah.mp3",
    "rukuk-sujud.mp3"
]

rakaat_keempat_dan_doa = [
    "surat-alfatihah.mp3",
    "rukuk-sujud.mp3",
    "attahiyat-akhir.mp3",
    "doa-sesudah-sholat.mp3"
]

# Gabungkan setiap bagian
combined_niat_dan_rakaat_pertama = load_and_combine(niat_dan_rakaat_pertama)
combined_rakaat_kedua = load_and_combine(rakaat_kedua)
combined_rakaat_ketiga = load_and_combine(rakaat_ketiga)
combined_rakaat_keempat_dan_doa = load_and_combine(rakaat_keempat_dan_doa)

# Gabungkan semua bagian menjadi satu audio
final_audio = (combined_niat_dan_rakaat_pertama + combined_rakaat_kedua + 
               combined_rakaat_ketiga + combined_rakaat_keempat_dan_doa)

# Simpan hasil gabungan ke file baru
final_audio.export("sholat_isya.mp3", format="mp3")

Penjelasan

  • audio.normalize(): Menormalkan setiap file audio sehingga tingkat volume seimbang sebelum digabungkan.
  • Hasil akhirnya akan disimpan dalam file sholat_isya.mp3, dengan volume yang seragam di semua bagian.

Ok demikian sebagai catatan singkat pengalaman hari ini. Mudah-mudahan bermanfaat.

PDNS Jebol

PDNS yang jebol itu menurut saya murni kecerobohan. Begitu mendengar PDNS jebol karena Ransomware, saya bingung. Ada 2 kata kunci waktu itu, pertama Ransomware, kedua Windows Defender.

Apa mungkin PDNS menggunakan windows untuk server? Mengingat mungkin 99% Ransomware menyerang Windows? Kedua soal Windows Defender yang menyerang server maka sudah dipastikan bahwa server berbasis windows.

Perkiraan saya,  PDNS menggunakan Server Host dengan sistem operasi Windows. Lalu diatasnya diinstall VM.

Begitu kompuet host yang berbasis Windows itu terinfeksi Ransomware maka satu persatu file-file iso di VM dienskripsi oleh virus itu, tidak peduli menggunakan Linux atau Windows.

Kecerobohan itu antara lain:

  • Server host berbasis windows yang jelas lebih rentan terhadap serangan virus. Faktanya Virus lebih mudah menginfeksi Windows daripada Linux.
  • Tidak mempunyai backup, padahal yang di host disitu adalah data yang sangattttt penting.

Dan parahnya para penaggung jawab seperti lepas tangan dan Presiden gak berani memberi punishmen karena mereka para timses semua. Gombalan amoh semua ….

 

 

Backup Armbian Dari MicroSD Card Menjadi Image File ( .img)

Kita bisa melakukan instalasi Armbian – atau linux yang lain juga bisa sih 🙂 – dari sebuah file instalasi berbentuk iso. Nah kebalikannya kita bisa juga melakukan backup dari system yang sudah ada menjadi iso.

Ini sangat menguntungkan ketika kita ingin membangun sistem Linux dimana dengan utility atau aplikasi yang kita tambahkan di dalamnya. Kita menyimpannya dalam file iso. Nanti jika kita membutuhkannya kita tinggal menginstall Linux menggunakan iso tersebut.

Dalam kasus STB-Armbian, kita  bisa melakukan langkah sbb:

  1. Install armbian
  2. Install aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Mungkin nginx, php, mysql, samba atau lainnya
  3. Cabut SDCard, dan jadikan file iso.

Di Windows  kita bisa meminta bantuan PowerISO untuk mengambil semua data dalam SDCard ke iso.

Video dibawah ini mungkin bisa menjelaskan maksud saya.

Woke, selamat mencoba!

Install Armbian di STB – SBC di SSD

Biasanya saya emlakukan instalasi Armbian di STB menggunakan disk SDCard. Pernah juga di MMC. Namun nampaknya selain menggunakan media diatas, bisa juga diinstall via SSD.

Caranya hampir sama dengan instalasi ke SDCard.

Nah pertanyaannya apakah jika armbian diinstall di SSD performanya jauh lebih kenceng? Ini yang jadi pertanyaan penting yang akan kita analisis.

SDCard VS SSD

SD Card dan SSD adalah dua jenis penyimpanan data dengan kegunaan, kecepatan baca tulis, dan keawetan yang berbeda.

SD Card:

  • Kegunaan: Ideal untuk perangkat portabel seperti kamera digital, smartphone, dan tablet. Digunakan untuk menyimpan foto, video, dan dokumen sederhana.
  • Kecepatan Baca/Tulis: Kartu SD kelas tinggi mencapai kecepatan baca hingga 300 MB/s, tetapi umumnya memiliki kecepatan tulis minimal 10 MB/s.
  • Keawetan: Memiliki siklus tulis/hapus terbatas, kurang andal untuk tugas berat dan penulisan data yang intensif.

SSD:

  • Kegunaan: Digunakan sebagai penyimpanan utama di komputer dan laptop, serta di server dan workstation untuk menjalankan aplikasi berat.
  • Kecepatan Baca/Tulis: SSD SATA memiliki kecepatan sekitar 500-550 MB/s, sedangkan SSD NVMe bisa mencapai lebih dari 3000 MB/s.
  • Keawetan: Memiliki siklus tulis/hapus yang lebih tinggi dan tahan lama, cocok untuk aplikasi yang memerlukan keandalan tinggi dan penulisan data yang intensif.

Secara keseluruhan, SD Card cocok untuk penggunaan portabel dan sederhana, sementara SSD unggul dalam kecepatan dan keawetan untuk tugas berat.

Transfer USB

Ok, isu kedua adalah apabila kita menggunakan SSD, kita terkendala dengan koneksi antara STB ke USB masih menggunakan USB 2.0. Jadi walaupun SSDnya cepet namun aliran data yang meelwati USB 2.0 menjadi bottleneck . 

USB 2.0: Diperkenalkan pada tahun 2000, memiliki kecepatan transfer maksimal teoritis sebesar 480 Mbps (megabit per detik). Dalam penggunaan nyata, kecepatan ini sering kali lebih rendah karena faktor-faktor seperti efisiensi perangkat dan panjang kabel.

Mungkin kalau STB mendukung USB 3 akan lain ceritanya.

USB 3.0: Diperkenalkan pada tahun 2008, meningkatkan kecepatan transfer maksimal teoritis hingga 5 Gbps (gigabit per detik), yang sepuluh kali lebih cepat dari USB 2.0. Kecepatan ini memungkinkan transfer data yang jauh lebih cepat, seperti memindahkan video HD dalam hitungan detik.

Ok, kita menunggu STB dengan processor ARM, memori 4GB, dan mendukung USB 3. Mengapa STB? karena bekasnya Muuurah 🙂 (CE-OAI)