Server STB Down Sehari

Sabtu siang saya  membersihkan server STB saya, server tempat blog ini di jalankan. Karena sudah lebih 2 bulan tidak saya bersihkan.  Kotoran biasanya masuk melalui lubang angin karena tersedot oleh kipas.

Setelah saya bersihkan kemudian saya kembalikan, eh kok gak  bisa di ping 🙁

  1. Saya restart namun tidak bisa di ping
  2. Saya copot dan pasang kembali tetap tidak bisa diping
  3. Oke, saya coba tancapkan ke monitor untuk diakses secara langsung, tetep tidak bisa tampil di layar.
  4. Copot SDCard dan coba lagi. Gagal.
  5. Segala cara saya gunakan tetap gagal.

Akhirnya saya membuat bootable sdcard untuk memboot lewat sdcard. Gagal juga. Terakhir saya coba sekali lagi dengan cara biasa eh androidnya muncul. Kalau androidnya muncul, berarti server sudah bisa menjalankan Server Armbian.

Saya nggak tahu ini jadi bisa lagi karena apa.

Btw saya sebenarnya bisa mengalihkan aplikasi ini ke STB saya yang lain, namun saya males saja, toh blog ini bukan kebutuhanmu sehari-hari.

Dan Blog sudah bisa online kembali 🙂

PDNS Jebol

PDNS yang jebol itu menurut saya murni kecerobohan. Begitu mendengar PDNS jebol karena Ransomware, saya bingung. Ada 2 kata kunci waktu itu, pertama Ransomware, kedua Windows Defender.

Apa mungkin PDNS menggunakan windows untuk server? Mengingat mungkin 99% Ransomware menyerang Windows? Kedua soal Windows Defender yang menyerang server maka sudah dipastikan bahwa server berbasis windows.

Perkiraan saya,  PDNS menggunakan Server Host dengan sistem operasi Windows. Lalu diatasnya diinstall VM.

Begitu kompuet host yang berbasis Windows itu terinfeksi Ransomware maka satu persatu file-file iso di VM dienskripsi oleh virus itu, tidak peduli menggunakan Linux atau Windows.

Kecerobohan itu antara lain:

  • Server host berbasis windows yang jelas lebih rentan terhadap serangan virus. Faktanya Virus lebih mudah menginfeksi Windows daripada Linux.
  • Tidak mempunyai backup, padahal yang di host disitu adalah data yang sangattttt penting.

Dan parahnya para penaggung jawab seperti lepas tangan dan Presiden gak berani memberi punishmen karena mereka para timses semua. Gombalan amoh semua ….

 

 

Backup Armbian Dari MicroSD Card Menjadi Image File ( .img)

Kita bisa melakukan instalasi Armbian – atau linux yang lain juga bisa sih 🙂 – dari sebuah file instalasi berbentuk iso. Nah kebalikannya kita bisa juga melakukan backup dari system yang sudah ada menjadi iso.

Ini sangat menguntungkan ketika kita ingin membangun sistem Linux dimana dengan utility atau aplikasi yang kita tambahkan di dalamnya. Kita menyimpannya dalam file iso. Nanti jika kita membutuhkannya kita tinggal menginstall Linux menggunakan iso tersebut.

Dalam kasus STB-Armbian, kita  bisa melakukan langkah sbb:

  1. Install armbian
  2. Install aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Mungkin nginx, php, mysql, samba atau lainnya
  3. Cabut SDCard, dan jadikan file iso.

Di Windows  kita bisa meminta bantuan PowerISO untuk mengambil semua data dalam SDCard ke iso.

Video dibawah ini mungkin bisa menjelaskan maksud saya.

Woke, selamat mencoba!

Control Panel dan Docker

Kemarin mencoba install Hestia CP di processor Arm. Harapannya saya lebih mudah mengelola aplikasi-aplikasi berbasis web yang sudah banyak. Saya males pakai aaPanel di Arm karena tidak ada file binarinya, semuanya berbasis sources code yang harus dicompile. Butuh waktu lamma.

Karena Linux punya sistem sendiri dan panel-panelan juga punya sistem dengan fungsi yang sama,  maka ada resiko crash lah. Linux saya crash dan tidak bisa masuk console.

Akhirnya saya melakukan instalasi lagi dengan armbian basis Ubuntu 22 (jammy). Ubuntu 22 termasuk Ubuntu LTS yang akan di dukung sampai tahun 2027.

Kalau butuh Armbian 22 buat STB HG680P bisa download disini ya om.

Kesimpulan saya, kalau ingin pakai cara manual ya manuals ekalian seperti yang saya lakukan di server situs ini ya, atau yang lebih aman pakai docker aja biar tidak konflik dengan Linux hostnya. Bisa pakai casa OS atau install Docker + Portainer.

CasaOS, Docker Manager yang Simpel

Docker adalah penemuan menarik dalam virtualisasi. Sebelumnya kita mengenal VMWare, VirtualBox dan semacamnya. Sekarang kita mengenal Docker.

Antara VMWare dan Docker memang tidak bisa dibandingkan. VMWare adalah sistem operasi virtual yang berjalan diatas sistem operasi lain, namun pada Docker, “virtualisasinya” hanya pada level aplikasi. Ya dari sisi penggunaan resources, Docker tentu jauh lebih efisien.

Sebelumnya, saya belajar Docker dengan perintah “command line”. Tapi penyakit command line adalah perintahnya gampang terlupakan.

Akhirnya saya menemukan Portainer sebagai Docker Manager yang berjalan dengan antarmuka web.

Terakhir saya menemukan CasaOS. Walaupun belakangnya ada tulisan OS, namun casaos ini bukan operating system, namun hanya Docker Manager seperti Portainer. Lebih sederhana, tapi memang kurang advanced sebagaimana Portainer. Hebatnya, CasaOS mendukung proccessor arm juga.

Kemenangan CasaOS ada pada tampilannya yang ciamik soro, dan proses managemen dan instalasi aplikasi yang sangat mudah.

Namun kelemahannya adalah fasilitas pengelolaan Docker yang sangat terbatas. Misalnya tidak ada fasilitas untuk menghentikan aplikasi yang berjalan pada Docker (container). Tidak ada fasilitas untuk menduplikat container, tidak ada fasilitas backup dan sebagainya.

Terpaksa pada akhirnya install Portainer pada CasaOS. Install docker manager pada docker manager hahaha.

Semua Portainer pada CasaOS dikenali sebagai bagian dari Docker, namun sebaliknya container yang kita install pada Portainer tidak dianggap sebagai aplikasi CasaOS.

Ada baiknya apabila kita ingin menduplikasi aplikasi pada CasaOS, simpan docker composenya, edit-edit dikit dan install kembali. Dan apabila ingin menghentikan container tertentu, masuk portainer dan stop container.

Ya, mudah-mudahan casaOS versi berikutnya menyediakan start stop container dan clone container.

Happy