Kursus Online

Setelah era pandemi, saya termasuk sering mengikuti kursus online baik dalam bentuk bootcamp, workshop, seminar, maupun tutorial video.

Tujuan saa mengikuti kursus antara lain untuk menambah pengetahuan, meningkatkan kompetensi, atau untuk menstrukturkan kembali ilmu saya.

Memang saat ini banyak ilmu di internet, misalnya e-book dan youtube, namun menurut saya, kursus lebih baik karena ada tanggung jawab dari pengelola.

Beberapa kursus yang pernah saya ikuti antara lain:

  1. Data Science, Bootcamp, PKS Digital School
  2. Full Stack Web Development, Bootcamp, PKS Digital School
  3. Keamanan Data, Seminar, Talenta
  4. Cyber Security, Workshop, STMIK Kendari
  5. IOT, Workshop, STMIK Kendari
  6. Fundamental Python, Tutorial Komersial, Coding Studio
  7. Fundamental Data Science, Tutorial Komersial, Coding Studio
  8. Statistics, Tutorial Komersial, MySkill
  9. Docker, Tutorial, Programmer Jaman Now

Saran saya kepada kawan-kawan ikut aja, toh saat ini banyak kursus yang tidak mahal, hanya kisaran 100 sampai 200 ribu. Malah saya ikut di Coding studio dan MySkill karena mendapat diskon.

Pembelajaran Berbasis Project

Saya kadang tidak butuh inspirasi dari tulisan panjang lebar. Gambar ini, punya sahabat saya, Om Zamroni, sudah sangat menginsirasi. Ini sebuah ide hebat dalam pembelajaran: Pembelajaran Berbasis Project.

Para nabi, para ulama, ilmuwan, pakar, developer yang hebat besar dengan melakukan pembelajaran berbasis project, bukan hanya teori. Realitas, bukan diawang-awang.

Mereka disempurnakan oleh input-output dari hasil pembelajaran mereka.  Bukan hanya berenang di tumpukan kitab dan buku. Mereka orang yang terjun dan mencoba berkali-kali.

Inilah inti pembelajaran, yang tidak banyak disadari para pendidik.

Tujuan Pendidikan Kita

Idealisme pendidikan sering hanya diatas kertas. Kita buat input output, RPP, tetapi hanya sebagai fungsi administratif. Segalanya diukur menurut secara kuantitatif. Kualitatif dalam sistem raport yang melengkapi nilai kuantitatif, terlihat hanya formalitas yang bisa ditemplatekan dengan excel.

Sistem ini kemudian memerangkap seorang pendidik yang sudah setengah kelelahan, terjebak dalam rutinitasnya sebagai seorang pengajar.

Saya mengajak untuk merenungkan kembali tujuan pendidikan kita, sukses dunia akhirat, dan langkah efektif untuk menggapainya.

Pendidikan di Indonesia masih sebatas seperti mengajari bagaimana membikin mobil, tapi bukan sistem transportasi.

Saya teringat pada suatu masa, yang ngaji itu hanya seminggu sekali. Secara capaian kuantitatif tidak bisa diandalkan namun secara kualitatif, mampu membentuk agen of change. SDIT, LAZ, Budaya, dibangun dari hasil pendidikan kualitatif itu.

Pendidikan kuantitatif itu pada akhirnya menghasilkan penyakit mental, karena tidak mampu menerima beban ilmu yang terlalu berat.

Maka sistem pendidikan harus dibangun atas kajian yang holistik, bukan asal bisa mengerjakan soal LKS.

Saya sampai sekarang sering membaca Fiqih Prioritas, sebuah kaidah pendidikan sosial yang paling membela pikiran saya. Kaidah pendidikan yang berbasis تحسين الشخصية yang berujung pada تحسين المجتمع .

Pendidikan harus membangun spirit, kesadaran, motivasi, baru kemampuan.

Pendidikan harus mampu membangun afirmasi positif, sebuah pernyataan positif yang selalu diulang secara sadar untuk membantu mengubah pola pikir negatif menjadi positif dan menguatkan keyakinan diri seseorang.

Pendidikan harus mampu menghargai kemampuan peserta didik yang berbeda-beda.

Pendidikan harus mampu membangun attitude/sikap yang baik. Berani dan bertanggung jawab.

Pendidikan harus mampu membangun kebiasaan/habit yang baik.

Pendidikan adalah thariqah, dan guru adalah seorang mursyid yang mengarahkan manusia agar menjadi orang baik, yang dekat dengan Allah SWT.
Pendidikan adalah seni, dan guru adalah seniman.
Pendidikan adalah engineering, dan guru adalah engineer yang melakukan rekayasa individu agar menjadi lebih baik.
Pendidikan adalah lembaga kesehatan guru adalah seorang dokter yang mampu menyembuhkan anak didik secara holistik.

Seorang guru harus mampu memitigasi anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan dengan usaha dan doa sehingga peserta didik akan menjadi ulama dan atau pejuang.

Dan kaidah ini harus dipahami bukan saja oleh pendidik di sekolah namun juga oleh orang tua di rumah.

Pelepasan PAUD MU

Hari yang menyenangkan, gembira, sukaria, karena hari ini anak-anak telah menyelesaikan jenjang PAUD.

Acara semacam ini, apapun namanya, bagi saya tetap penting. Kalau berbicara tentang uang, tentu saja setiap kegiatan akan mengeluarkan uang. Namun banyak yang lupa tentang manfaatnya.

Dalam acara pelepasan ada berbagai acara pentas seni, pidato, menari, menyanyi, yang tentu saja semua itu akan melatih keberanian anak.

Disitulah anak akan belajar tampil di depan umum, berlatih mengendalikan emosinya, berlatih berani berbuat salah.

Dan Alhamdulillah, para wali di Mutiara Ummat memahami itu semua. Hari ini merekapun bersukaria bersama putra putri mereka yang berceloteh, dan tampil di depan panggung dengan segala kekonyolannya.

Memahami Konsep Dasar

Kesalahan dalam pembelajaran selama ini adalah, bahwa pendidikan cenderung mengikuti definisi dan latihan soal yang disuguhkan buku, tanpa memastikan bahwa pembelajar telah memahami konsep dasarnya.

Mungkin kita pernah belajar, bahwa diferensial dari fungsi x^2+2x+3 adalah 2x + 2. Kita bisa menyelesaikan soalnya, mungkin malah mendapat 100. Tapi mengertikan apa arti diferensial itu. Apakah kita mengerti bahwa diferensial dasarnya adalah gradien pada titik tertentu? Tahukah kamu bahwa diferensial percepatan adalah kecepatan?

Mungkin kita bisa mengerjakan soal-soal integral dengan baik, namun apakah kita mengetahui konsep dasarnya bahwa integral adalah anti-diferensial, dan integral bisa dikatakan luas dibawah kurva?

Well, kembalikan pendidikan untuk menghasilkan orang yang lebih mamahami konsep dasar dibanding sekedar menyelesaikan soal ujian. Mohon maaf, sarjana yang telah lulus matematika 3 aja banyak yang gak paham teori dasar Integral dan Diferensial. Itu kenyataan.