Saya merayakan Idul Adha Hari ini, dan seperti biasa, saya adalah langganan khatib di Sholat Ied. Dalam khutbah hari ini, saya mengambil inspirasi dari Khutbah ust. MA Sholihun yang saya bawakan secara bebas. Seputar keteladanan seorang anak saleh, Ismail, anak Ibrahim AS.
Beberapa hal menarik yang saya sampaikan,
Anak adalah adalah investasi. Sedekah terbaik adalah mengeluarkan uang untuk pendidikan anak, dan ilmu yang paling bermanfaat adalah ilmu yang kita pakai untuk mendidik anak. Quote ini sangat gue bangettt 🙂
Semoga kita menjadi Ismail bagi bapak kita, dan Ibrahim bagi anak kita. Dan mudah-mudahan anak kita akan menjadi Ismail bagi kita.
Kalau ke Surabaya, biasanya ke Sukolilo, setelah turun dari Bus Antar Kota, biasanya saya mencari Bus Kota jurusan Terminal Bratang. Bus yang keadaannya tidak pernah berubah sejak saya kenal rute ini, lebih dari 40 tahun yang lalu.
Bus yang seadanya, panas, tempat duduk yang jelek, dan waktu tunggu yang lama. Tapi untuk kendaraan ke arah ITS, itulah transportasi yang paling nyaman dan paling cepat sampai.
Dulu, dari Terminal Bratang naik Lyn S yang sempit dan tidak nyaman, tapi sekarang ora sudi. Saya lebih memilih naik Gojek atau Grab. Dengan mengeluarkan uang 15 ribu kita akan cepat sampai di tujuan dengan cepat.
Terakhir, Bus Kota Purabaya – Bratang sudah hampir mati. Gak ada penumpang yang sudi naik. Karena, jarak tunggu semakin lama disertai dengan fasilitas yang buruk. Saking sepinya, bahkan pernah saya diminta mencari alternatif lain saja oleh supirnya.
Sekarang ada alternatif baru, Suroboyo Bus. Dulu katanya bayarnya harus dengan menukar sampah. Makanya saya malas mencobanya. Masak baru turun dari Bus Antar Kota kok mulung dulu. Huh.
Bulan lalu saya baru bisa mencobanya. Dan saya senang karena sekarang bisa bayar pakai QRIS.
Untuk ke ITS dari Purabaya naik “Suroboyo Bus” turun di halte RS Darmo. Dari halte RS Darmo naik “Teman Bus”, turun di ITS.
Nggak asiknya, kedua trade mark Bus ini dikelola 2 institusi yang berbeda, Pemkot Surabaya dan Pemerintah Pusat, sehingga kalau orang belum pernah naik saya jamin binguuuung, karena ada beberapa perbedaan aturannya. Terutama soal harga dan soal cara pembayarannya. Itulah mengapa saya benciiiii birokrasi. Sulit dikelola, apalagi kalau sudah ada kaitannya dengan politik.
Mestinya semuanya diseragamkan biar mudah. Tapi dari dulu memang mereka kayak gak ingin memudahkan kan?
Naik Bus baru ini, dari Purabaya ke ITS memakan waktu 1,5 jam, karena dari Darmo harus mlaku-mlaku nang Tunjungan dulu, pemprov, pemkot, RS Dr. Sutomo, Unair, lalu belok ke Timur sampai ITS. Pun juga tidak ada jalur khusus untuk Bus ini kayak di Jakarta.
Seandainya kalau bus ini buat mereplace Bus kota Purabaya – Bratang, pastinya ke ITS jauh lebih cepat. Tapi itu pasti hanya mimpi yang jauh dari kenyataan.
Di Trenggalek, saya pernah mendengar langsung dari Bupati Nur Arifin bahwa akan ada Bus yang secara fisik bisa dibayangkan seperti Suroboyo Bus ini, yang berkeliaran dari Durenan, Tugu, ke arah Trenggalek. Tapi lama-lama saya menyadari bahwa apa yang dikatakannya hanyalah sekedar banyolan politisi saja.
Update : untuk jurusan ITS – Purabaya nemu di Twitter. harus dicoba nanti 🙂
Saat kami akan boarding di Stasiun Malang, istri saya mengingatkan, gak cari minum dulu?
Karena di depan saya ada mesin penjual minuman, saya pikir, beli disini saja dah …
Saya yang gak punya uang kecil, terpaksa mengambil selembar uang 50 ribuan. Sebagai seorang programmer komputer pastinya husnusdzon bahwa berbagai skenario pasti telah dipikirkan.
Jika saya memasukkan selembar uang 50 ribu, dan membeli sebotol minuman seharga 5 ribu, pasti akan keluar kembalian 45 ribu.
Jika tidak ada kembalian 50 ribu maka transaksi pasti ditolak.
Uang 50 ribu saya masukkan, well, dikenali dengan baik. Sebotol aqua keluar. Tapi dimana kembaliannya? Saya tekan berbagai tombol tidak keluar kembalian. Agak lama saya kelihatan tolol dan gak paham kemajuan.
Ternyata eh ternyata, ada tulisan kecil yang agak terlipat, mesin tidak mengeluarkan kembalian. Terpaksa beli minuman sampai 50 ribu.
Alamak, bongkar mesin biadab ini sekarang juga. Anda menjebak!
Saya sudah jarang sekali menggunakan Facebook. Sebenarnya Facebook ini bagus karena semua kawan ada disini. Kita jadi tahu aktifitas kawan-kawan kita. Yang jauh jadi dekat.
Namun dilain sisi, ada dampak negatif yang membayanginya. Kontribusi terbesarnya, Facebook sangat rakus. Coba cek timelinemu? Status dan iklan berselang seling. Parah.
Selainnya, ada orang-orang tertentu yang kita tidak tahu menahu, tiba-tiba muncul diberanda, yang kemunculannya disebabkan sugested, disarankan oleh FB.
Ketiga, orang di FB itu terlalu beragam, sering kita harus menahan sebuah status atas pertimbangan, kalau di tulis di halaman Facebook jadi kurang baik.
Akhirnya lebih enak menyepi di Blog. pengin nulis, nulis aja.
Ngeblog, walaupun tidak populer, seperti melakukan aktifitas di rumah. Sedangkan ngefacebook, seperti kamu melakukan aktifitas di pasar.