AI Bridge (2)

Kemarin saya sudah melakukan instalasi Dify di mesin STB via Docker. Bisa, namun  nampaknya pada situasi tertentu misalnya saat start, berat untuk bisa masuk aplikasi, walaupun sesudah masuk lebih lancar.

Kedua, terlihat pada saat bekerja penggunaan processor maksimum, demikian juga penggunaan memori.

Adapun rekomendasi minimum untuk aplikasi ini adalah CPU >= 2 Core dan RAM >= 4 GiB. Namun nampaknya yang lebih longgar CPU minimum 4 core.

Berikut topologi yang saya sarankan:

AInya menurut saya lebih enak berlangganan ke OpenRouter agar kita bisa berganti-ganti AI Platformnya dengan lebih fleksibel. Ok gitu dulu ya 🙂

AI Bridge

Tadi malam  berdiskusi tentang AI Bridge. Yaitu beberapa aplikasi online yang  bisa menjadi jembatan penghubung bagi beberapa layanan AI.

Bahkan beberapa diantaranya bisa untuk menganalisa dokumen kita dan menyediakan platform chatting:

Ini akan membantu organisasi, perusahaan dan sebagainya. Dan di lain sisi, akan mengurangi tenaga kerja 🙁

Beberapa yang sudah mengembangkan adalah:

  1. https://cloud.dify.ai/
  2. https://flowiseai.com
  3. https://openrouter.ai
  4. https://www.langflow.org

Ok ini masih saya pelajari dan perkembangannya akan sampaikan di blog ini.
Ngerih ….

Uptime Kuma

Tadi malam  sampai pagi internet mati. Saya ingin complain ke ISP, namun agak sulit saya membuktikan bahwa internet mati sudah sejak tengah malam.

Saya memang pernah menggunakan layanan Uptime Robot. Namun statusnya “No Response Time data” . Saya nggak ngerti apa.

Akhirnya ketemu aplikasi simpel yang mirip dengan Uptime Robot, namanya Uptime Kuma.

Agak pesimis ketika tahu bahwa aplikasi ini berbasis nodejs, pasti agak repot installnya, namun ketika ada versi dockernya saya menjadi semangat.  Tinggal copas perintahnya, dan sekali enter sudah jalan.

sudo docker run -d --restart=always -p 3001:3001 -v uptime-kuma:/app/data --name uptime-kuma louislam/uptime-kuma:1

Dah akses lewat IP contohnya http://10.20.32.2:3001 . Tapi jangan lupa kalau kamu pakai firewall, buka dulu  port 3001 nya.

Kedepan akan saya gunakan untuk memonitoring situs-situs saya, walaupun kelemahannya, kalau listrik di rumah mati, “monitoring kuma” nya yang mati.

Idealnya ditaruh di VPS yang pasti uptimenya bagus, namun VPS punya saya sudah saya shutdown  karena  hanya menambah pengeluaran dan belum terbukti mendatangkan penghasilan hahaha…

FrankenPHP : The Modern PHP App Server, written in Go

Ini adalah mainan baru dalam dunia PHP. Setelah PHP dibully habis habisan karena isu performa yang lambat, maka muncul teknologi baru dunia PHP. FrankenPHP.

FrankenPHP diketik dalam bahasan golang dan dipaket dalam satu file executable. Didalamnya sdh ada webserver Caddy dan tentu saja PHP.  Ini yg membuat kekencangannya berlipat-lipat.

Saya mencoba melakukan instalasi di server arm dengan mudah.

Selanjutnya »

Error 500 Webserver

Kadang saya menjumpai ketika sebuah situs diakses dia mengeluarkan error 500. Sulit bagi developer untuk mentraking error ini. Yang jelas, inis ebuah pemberitahuan jika ada error pada situs. kalau saya sih biasanya karena saya edit file php-nya dan ada kesalahan sintak 🙂

Saya bertanya ke openAI tentang masalah ini. Dan yang paling penting adalah bagaimana saya bisa mencari error detailnya.
Selanjutnya »