SCRUM Board: Perbedaan Backlog dan Stories

Apakah stories harus ada dalam Scrum? Secara umum, stories adalah salah satu alat yang digunakan dalam Scrum untuk mengelola dan mengkomunikasikan kebutuhan pengguna. Namun, tidak selalu harus menggunakan stories secara eksklusif. Ada juga format lain seperti task, bug, atau epic yang dapat digunakan tergantung pada kebutuhan proyek dan preferensi tim. Yang penting adalah untuk memiliki cara yang jelas dan efektif untuk menggambarkan kebutuhan, mengukur pekerjaan, dan mengorganisir backlog sehingga tim dapat bekerja secara terstruktur dan produktif.

Stories memiliki beberapa fungsi utama dalam metodologi Scrum:

  1. Menggambarkan Kebutuhan Pengguna: Stories adalah cara untuk menggambarkan kebutuhan atau cerita pengguna dari sudut pandang pengguna. Ini membantu tim pengembangan memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh pengguna akhir dan fokus pada pengembangan solusi yang memenuhi kebutuhan tersebut.
  2. Mengukur Pekerjaan: Stories biasanya memiliki estimasi poin (story points) yang mengindikasikan kompleksitas atau ukuran pekerjaan yang diharapkan. Ini membantu tim dalam merencanakan dan mengelola kapasitas kerja mereka dalam setiap Sprint.
  3. Mengorganisir Backlog: Stories membantu mengorganisir Product Backlog dengan menyederhanakan kebutuhan pengguna menjadi tugas-tugas yang lebih mudah dipahami dan diukur. Dengan demikian, mempermudah tim dalam menentukan urutan prioritas pekerjaan.
  4. Membantu dalam Penyusunan Sprint Backlog: Stories dari Product Backlog dipilih untuk dimasukkan ke dalam Sprint Backlog selama Sprint Planning. Ini membantu tim dalam merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan selama Sprint tersebut.
  5. Mendorong Keterlibatan Tim: Stories memberikan fokus dan tujuan yang jelas kepada tim pengembangan. Dengan memiliki cerita pengguna yang jelas, tim lebih terlibat dalam memahami konteks pengguna, menemukan solusi yang sesuai, dan menghasilkan produk yang lebih bernilai.
  6. Menghasilkan Deliverables yang Bernilai: Dengan memfokuskan pada cerita pengguna, tim dapat menghasilkan inkrement produk yang lebih bernilai dan sesuai dengan harapan pengguna akhir.

Perbedaan antara backlog dan stories adalah sebagai berikut:

  1. Backlog:
    • Backlog adalah daftar semua pekerjaan yang harus dilakukan dalam proyek, baik itu fitur, perbaikan, pemeliharaan, atau tugas lainnya.
    • Backlog mencakup semua jenis pekerjaan yang perlu diselesaikan untuk menghasilkan produk atau layanan.
    • Backlog dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti Product Backlog (untuk semua pekerjaan terkait produk) dan Sprint Backlog (untuk pekerjaan yang akan diselesaikan dalam satu sprint).
    • Backlog berfungsi sebagai kumpulan tugas yang perlu dikerjakan, yang kemudian dipecah menjadi stories atau item pekerjaan lainnya.
  2. Stories:
    • Stories adalah elemen individu dalam backlog yang menggambarkan kebutuhan atau cerita pengguna.
    • Stories biasanya ditulis dalam format naratif yang menjelaskan kebutuhan pengguna atau pengalaman pengguna yang diinginkan.
    • Stories adalah cara untuk mengkomunikasikan kebutuhan pengguna kepada tim pengembang dengan cara yang dapat dipahami dan dapat diukur.
    • Setiap story dapat memiliki poin estimasi (story points) untuk mengindikasikan kompleksitas atau ukuran pekerjaan yang diharapkan.

Contoh Perbedaan dengan Studi Kasus:

Backlog:

  • Product Backlog:
    • Fitur Login
    • Fitur Tambah Proyek
    • Fitur Tambah Tugas
    • Fitur Tampilkan Daftar Proyek
    • Fitur Tampilkan Detail Proyek
    • Fitur Tampilkan Daftar Tugas
    • Perbaikan Bug pada Fitur Notifikasi

Stories:

  1. Story untuk Fitur Login: “Sebagai pengguna, saya ingin dapat login ke aplikasi menggunakan nama pengguna dan kata sandi saya.”
  2. Story untuk Fitur Tambah Proyek: “Sebagai pengguna, saya ingin dapat menambahkan proyek baru dengan memberikan nama proyek dan deskripsi singkat.”
  3. Story untuk Fitur Tambah Tugas: “Sebagai pengguna, saya ingin dapat menambahkan tugas dalam proyek dengan menentukan judul, deskripsi, dan tenggat waktu.”
  4. Story untuk Fitur Tampilkan Daftar Proyek: “Sebagai pengguna, saya ingin melihat daftar semua proyek yang saya miliki beserta detailnya seperti nama, deskripsi, dan status.”
  5. Story untuk Fitur Tampilkan Detail Proyek: “Sebagai pengguna, saya ingin melihat detail lengkap dari suatu proyek termasuk daftar tugas yang terkait dengan proyek tersebut.”
  6. Story untuk Fitur Tampilkan Daftar Tugas: “Sebagai pengguna, saya ingin melihat daftar semua tugas dalam suatu proyek beserta status dan informasi terkait.”
  7. Story untuk Perbaikan Bug pada Fitur Notifikasi: “Sebagai pengguna, saya ingin bug pada fitur notifikasi diperbaiki agar saya dapat menerima notifikasi dengan benar.”

Dalam contoh di atas, backlog adalah kumpulan fitur-fitur dan pekerjaan yang perlu diselesaikan, sementara stories adalah representasi dari kebutuhan pengguna atau tugas-tugas spesifik yang harus dilakukan untuk setiap fitur dalam backlog. Stories membantu dalam menguraikan kebutuhan pengguna menjadi tugas-tugas yang dapat dikerjakan dan diukur oleh tim pengembang.