Docker adalah penemuan menarik dalam virtualisasi. Sebelumnya kita mengenal VMWare, VirtualBox dan semacamnya. Sekarang kita mengenal Docker.
Antara VMWare dan Docker memang tidak bisa dibandingkan. VMWare adalah sistem operasi virtual yang berjalan diatas sistem operasi lain, namun pada Docker, “virtualisasinya” hanya pada level aplikasi. Ya dari sisi penggunaan resources, Docker tentu jauh lebih efisien.
Sebelumnya, saya belajar Docker dengan perintah “command line”. Tapi penyakit command line adalah perintahnya gampang terlupakan.
Akhirnya saya menemukan Portainer sebagai Docker Manager yang berjalan dengan antarmuka web.
Terakhir saya menemukan CasaOS. Walaupun belakangnya ada tulisan OS, namun casaos ini bukan operating system, namun hanya Docker Manager seperti Portainer. Lebih sederhana, tapi memang kurang advanced sebagaimana Portainer. Hebatnya, CasaOS mendukung proccessor arm juga.
Kemenangan CasaOS ada pada tampilannya yang ciamik soro, dan proses managemen dan instalasi aplikasi yang sangat mudah.
Namun kelemahannya adalah fasilitas pengelolaan Docker yang sangat terbatas. Misalnya tidak ada fasilitas untuk menghentikan aplikasi yang berjalan pada Docker (container). Tidak ada fasilitas untuk menduplikat container, tidak ada fasilitas backup dan sebagainya.
Terpaksa pada akhirnya install Portainer pada CasaOS. Install docker manager pada docker manager hahaha.
Semua Portainer pada CasaOS dikenali sebagai bagian dari Docker, namun sebaliknya container yang kita install pada Portainer tidak dianggap sebagai aplikasi CasaOS.
Ada baiknya apabila kita ingin menduplikasi aplikasi pada CasaOS, simpan docker composenya, edit-edit dikit dan install kembali. Dan apabila ingin menghentikan container tertentu, masuk portainer dan stop container.
Ya, mudah-mudahan casaOS versi berikutnya menyediakan start stop container dan clone container.
Happy